ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
Arab-Latin: żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn
Terjemah Arti: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 2
Al-Qur`ān yang agung itu tidak ada keraguan di dalamnya, baik dari segi proses turunya maupun lafal dan maknanya. Al-Qur`ān adalah firman Allah yang membimbing orang-orang bertakwa ke jalan yang menghantarkan mereka kepada-Nya.
Isyarat yang Allah gunakan dalam ayat ini bermakna “kitab yang agung ini (alquran) yang merupakan kitab yang haqiqy yang isi kandungannya mencakup segala hal bahkan yang belum pernah ada dalam kandungan kitab-kitab sebelumnya seperti taurot, injil dan zabur.
Tidak ada keraguan sedikitpun dalam kebenaran isi kandungannya yang berfungsi sebgai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa dari kesesatan kepada kebenaran”. Ibnu katsir meriwayatkan bahwa makna “alkitab” dalam ayat ini adalah Alquran.
Begitupula imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya meriwayatkan makna “alkitab” dalam ayat ini adalah Alquran yang telah dijanjikan kepada Rosululloh Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang akan diturunkan kepadanya. Hal ini membantah pendapat beberapa ahli tafsir seperti Imam Ibnu Jarir At-tobari yang berpendapat bahawa makna “alkitab” ditunjukan kepada kitab-kita sebelum alquran seperti kitab Taurot, zabur dan injil.
Tidak ada sedikitpun keraguan yang terkandung dalam kitab ini, semuanya bersifat yakin dan pasti. Kandungan Al-Quran yang meliputi segala hukum dalam syariat islam tentunya datang dengan penuh kepastian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena hanya dengan sesuatu yang pastilah akan munculnya petunjuk. Dan tidak mungkin seseorang menjadikan sesuatu yang ada keraguan di dalamnya sebagai petunjuk hidupnya untuk meraih surganya Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kepastian dan keyakinan isi kandungan alquran juga disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-NYA:
تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Turunnya Al-Quran yang tidak ada keraguan di dalamnya, (adalah) dari Allah semesta alam”. (QS. As-Sajdah :2)
Sebagian ulama mengatakan, kalimat “tidak ada keraguan di dalamnya” yang digunakan dalam ayat ini bersifat khobar atau berita akan tetapi maknanya adalah nahyi atau larangan, yakni “janganlah kalian meragukannya”. Ulama ahli qiroah menganjurkan dalam pembacaan ayat ini hendaklah berwaqof (berhenti) pada kalimat “laa roiba fiih”. Hal ini dikeranakan makna yang terkandung dalam ayat ini seperti dijelaskan diatas.
Lalu melanjutkan kalimat “hudan lilmuttaqiin” yang menjadi sifat dari alquran. Sifat alquran dalam ayat ini yang juga merupakan fungsinya adalah sebagai “hudan” (petunjuk) bagi orang-orang yang bertaqwa. Alhuda adalah satu kata yang bermakna petunjuk yang pasti yang menenangkan hati yang Allah berikan dalam bentuk keimanan kepada hati seseorang. Tidak ada yang bisa memberikannya kecuali Allah semata. Bahkan serorang nabi pun tidak mampu melakukannya tanpa izin dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebagaiman firman-NYA :
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. Al-Qhoshos :56)
Mendapatkan petunjuk merupakan sesuatu angurah yang sangat besar dari Allah. Karenanya Hanya orang-orang yang bertaqwa saja yang akan mendapatkan petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang bertaqwa juga dimaknai sebagai orang yang beriman, Artinya hanya orang-orang beriman saja yang akan mendapatkan petunjuk dari alquran ini, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah yang lain :
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ
Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". (QS. Fushilat :44) Dan firman-NYA :
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isro :82)
Yang dimaksud dengan kalimat “Muttaqiin” dalam ayat ini adalah mereka yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi hal-hal yang Allah haramkan.
Ibnu Abi hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdulloh bin Imron, dari Ishaq Ibnu Sulaiman – yakni Ar-Rozi- dari Almugiroh Ibnu Muslim, dari maimun Abu hamzah telah berkata : “ketika dia sedang duduk di dekat Abu Wail, masuk-lah seorang laki-laki yang dikenal dengan sebutan Abu Afif, salah seorang muridnya Muadz.
Syafiq Ibnu Salamah berkata kepadanya “Hai Abu Afif, tidakkah engkau ceritakan kepada kami apa yang telah dikatakan Muadz ibnu Jabal kepadmu?” Abu Afif menjawab “tentu saja, aku pernah mendenga Muadz Bin Jabal berkata bahwa kelak di hari kiamat umat manusia ditahan di suatu tempat, kemudian ada suara yang menyerukan “dimanakah orang-orang yang bertaqwa?”.
Lalu mereka (orang-orang yang bertaqwa) bangkit dibawah naungan Tuhan mereka yang Maha Pemurah, Allah menampakan diri-NYA kepada mereka tanpa ada hijab yang menutupi diri-NYA” aku bertanya kepada Muadz “siapakah orang-orang yang bertaqwa itu?”. Muadz menjawab “mereka adalah orang-orang yang menghindarkan dirinya dari perbuatan syirik dan penyembahan berhala, mereka mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata, lalu mereka masuk ke dalam surga”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar