Sabtu, 06 Juni 2020

"Materi Da'wah & Kajian Tafsir Quran" Surat Al-Baqarah Ayat 10

"Kajian Tafsir Qur'an Surat Al-Baqarah 
Ayat 10"
Quran Surat Al-Baqarah Ayat 10 
فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضًا ۖ   وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْذِبُونَ 
Arab-Latin: Fī qulụbihim maraḍun fa zādahumullāhu maraḍā, wa lahum 'ażābun alīmum bimā kānụ yakżibụn 
Terjemah Arti: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. 
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 10 
      Penyebabnya ialah karena di dalam hati mereka terdapat keraguan, maka Allah menambah keraguan itu dengan keraguan lainnya, karena setiap perbuatan akan dibalas dengan perbuatan serupa. Kelak mereka akan mendapatkan azab yang sangat pedih di kerak neraka yang paling bawah. Hal itu karena mereka telah berdusta atas nama Allah dan atas nama manusia lainnya. Dan juga karena mereka mendustakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-.
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ yang dimaksud dengan penyakit disini adalah kerusakan akidah mereka baik itu disebabkan oleh keraguan, kemunafikan, atau keingkaran. 
فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا Yakni dengan bertambahnya kenikmatan-kenikmatan yang senantiasa bertambah kepada Rasulullah baik itu kenikmatan duniawiyah maupun diniyyah maka berbambah pula penyakit mereka, mereka pun dihukum dengan bertambahnya keraguan, kekecewaan, dan kenifakan. 
وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ Yakni azab yang menyakitkan 
بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ Yakni sebab pengakuan mereka bahwa mereka beriman padahal mereka tidak beriman.
    Di dalam hati mereka terdapat keraguan dan kerusakan akibatnya mereka diuji Allah dengan berbuat berbagai macam maksiat yang mewajibkan adanya siksaan bagi mereka, sehingga Allah pun menambah keraguan pada hati mereka dan bagi mereka siksaan yang menyedihkan akibat kedustaan dan kemunafikan mereka.
Pada Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 
      Kelalaian mereka ini kerena alat yang dapat mereka gunakan untuk memahami dalam keadaan sakit, sehingga penyakit mereka menyibukkannya dari memahami apa yang bermanfaat bagi mereka, dan hanya condong kepada apa yang dapat menyakiti mereka. Dalam hati mereka terdapat keraguan, kemunafikan, dan kedengkian; akibatnya mereka diganjar dengan berbagai perbuatan maksiat yang layak mendapat balasan siksa, dan bagi mereka azab yang pedih akibat kedustaan mereka.
   Oleh karenanya “dalam hati mereka ada penyakit”. Yang dimaksud dengan penyakit disini adalah penyakit keraguan, syubhat, dan kemunafikan. Hal itu dikarenakan hati itu dihadapkan oleh dua penyakit yang menyebabkannya jauh dari kesehatannya dan kenormalannya, yaitu penyakit syubhat yang batil dan penyakit syahwat yang menjerumuskan. Kekufuran, kemunafikan, keragu-raguan, dan semua bid’ah-bid’ah itu adalah penyakit-penyakit syubhat, sedangkan perzinaan, suka akan kekejian dan menyukai kemaksiatan serta melakukannya, adalah di antara penyakit-penyakit syahwat. 
      Sebagaimana firman Allah ta'ala : 
فَيَطْمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلْبِهِۦ مَرَضٌ
" sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya" 
(QS. Al-Ahzab : 32) 
       Yakni syahwat zina. Dan orang yang selamat adalah orang yang diselamatkan dari kedua penyakit tersebut, hingga terwujudlah baginya keyakinan, keimanan, dan kesabaran dari setiap kemaksiatan lalu dia berjalan dalam pakaian-pakaian keselamatan. 
     Dan firman Allah SWT, tentang kaum munafikin, “dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakitnya, ” adalah sebuah penjelasan tentang hikmah Allah ta’ala terhadap penentuan kemaksiatan atas pelaku-pelakunya dan bahwasanya hal itu disebabkan dosa-dosa mereka yang terdahulu. 
    Allah menguji mereka dengan kemaksiatan yang terjadi kemudian yang mengakibatkan hukuman. Sebagaimana firman Allah ta'ala : 
وَنُقَلِّبُ أَفْـِٔدَتَهُمْ وَأَبْصَٰرَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا۟ بِهِۦٓ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِى طُغْيَٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ
"Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat 
(QS. Al-'An'am : 110) 

فَلَمَّا زَاغُوٓا۟ أَزَاغَ اللهُ قُلُوبَهُمْ 
"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka" (QS. As-Shof :5) 

وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ
 رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ كَٰفِرُونَ
"Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir." (QS. At-Taubah : 125) 
    Maka hukuman bagi kemaksiatan adalah kemaksiatan setelahnya, sebagaimana balasan kebaikan adalah kebaikan setelahnya. 
Allah berfirman :
وَيَزِيدُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ٱهْتَدَوْا۟ هُدًى 
"Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk" (QS. Maryam : 76)
    Makna ayat-ayat tersebut, Sebagaimana Allah Ta’ala mengabarkan bahwa dalam hati-hati mereka terdapat penyakit berupa keraguan, kemunafikan, dan ketakutan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala semakin menambah penyakit yang diderita. Sebagai bentuk hukuman untuk mereka di dunia, dan Allah mengancam dengan adzab yang pedih di akhirat karena pendustaan dan kekufuran yang mereka lakukan. 
    Pelajaran dari ayat adalah : Keburukan akan melahirkan keburukan yang semisalnya.









"Materi Da'wah & Kajian Tafsir Quran" Surat Al-Baqarah Ayat 9

"Kajian Tafsir Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 9" 
                                         
Quran Surat Al-Baqarah Ayat 9
 يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ 
Arab-Latin: Yukhādi'ụnallāha wallażīna āmanụ, wa mā yakhda'ụna illā anfusahum wa mā yasy'urụn 
Terjemah Arti : Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. 
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 9 
Makna kata : يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ Yukhoodi’uunallaha : Yaitu mereka hendak menipu Allah dengan menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran. 
وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ Wa maa yakhda’uuna illaa anfusahum : Yaitu bahwa akibat dari tipuan yang mereka lakukan akan kembali kepada diri mereka sendiri, tidak berpengaruh terhadap Allah, rasulNya, maupun orang-orang mukmin. 
وَمَا يَشۡعُرُونَ Wa maa yasy’uruun : Mereka tidak mengetahui bahwa akibat dari tipuan yang dilakukan kembali kepada mereka sendiri. 
   Pada ayat 9 tersebut, ketahuilah bahwasanya kemunafikan itu adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan.
     Karena kebodohan mereka, mereka mengira akan menipu Allah dan orang-orang mukmin dengan memperlihatkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Padahal hakikatnya mereka menipu diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak menyadarinya. 
     Karena Allah -Ta'ālā- mengetahui rahasia dan apa yang lebih tersembunyi dari itu. Allah memberitahu orang-orang mukmin tentang sifat-sifat dan keadaan mereka yang sesungguhnya.
     Jadi makna ayat : Allah Ta’ala memberitahukan bahwa ada segolongan manusia yaitu orang-orang munafik yang mengakui keimanan dengan lisan-lisannya, dan menyembunyikan kekufuran di dalam hati. Mereka menipu Allah dan kaum mukminin dengan kemunafikan ini. 
     Maka pada saat balasan tipuan yang dilakukan kembali kepada mereka sendiri, sejatinya mereka menipu diri sendiri bukan yang lain. Akan tetapi mereka tidak tahu dan tidak menyadarinya. 
      Pelajaran dari ayat : Begitu juga balasan dari tipu daya yang dilakukan akan kembali kepada orang yang menipu itu sendiri.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 
 وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ 
    Karena mereka menipu Dzat yang tidak akan tertipu maka mereka pada hakikatnya menipu diri mereka sendiri, karena penipuan hanya dapat dilakukan kepada yang tidak mengetahui hal yang ghaib.
        Mereka menduga, dengan mengatakan seperti itu, telah berhasil menipu Allah dengan menganggap Allah tidak mengetahui rahasia yang mereka sembunyikan, padahal Allah maha mengetahui segala yang tersembunyi dan yang tampak; dan mereka juga merasa telah berhasil menipu orang-orang yang beriman, dengan berpura-pura beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. 
      Sebab akibat buruk perbuatan mereka itu, cepat atau lambat, akan kembali kepada mereka sendiri hal itu karena dalam hati mereka ada penyakit, seperti penyakit iri dan dengki kepada orang-orang yang beriman, keraguan terhadap ajaran islam, keyakinan yang keliru, dan lainnya, lalu Allah menambah parah penyakitnya itu dengan kemenangan yang besar bagi orang-orang yang beriman.   
    Kemenangan itu sangat menyakitkan mereka karena rasa iri, dengki, dan sombong yang ada dalam diri mereka. Keraguan mereka pun semakin menjadi. Dan, sebagai akibatnya, selain menderita di dunia, mereka akan mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta dengan memperlihatkan keimanan padahal hati mereka ingkar.










Kamis, 04 Juni 2020

"Materi Da'wah & Kajian Tafsir Quran" Surat Al-Baqarah Ayat 8

"Kajian Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 8"

Quran Surat Al-Baqarah Ayat 8
 وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ 
Arab-Latin : Wa minan-nāsi may yaqụlu āmannā billāhi wa bil-yaumil-ākhiri wa mā hum bimu`minīn 
Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. 
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 8 
      8. Dan di antara manusia ada golongan yang mengaku bahwa mereka beriman. Mereka mengatakan hal itu dengan mulut mereka semata-mata karena mereka mencemaskan keselamatan jiwa dan harta benda mereka. Padahal di dalam batin mereka tersimpan kekafiran.
      Makna kata : وَمِنَ ٱلنَّاسِ Wa minannaasi : artinya dari sebagian manusia
مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ Man yaquulu aamannaa billahi : Di antara mereka ada yang berkata,”Kami membenarkan Allah sebagai Tuhan dan sesembahan, tidak ada Tuhan dan sesembahan selain-Nya. وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ Wa bil yaumil aakhiri : Maknanya perkataan mereka, ”Kami beriman dengan adanya kebangkitan dan pembalasan pada hari kiamat nanti.” Makna ayat : Setelah Allah Ta’ala menyebutkan golongan orang yang sempurna keimanannya, dan menyebutkan juga lawan dari orang mukmin yaitu golongan orang kafir yang tenggelam dalam kekufurannya, maka Allah menyebutkan golongan yang ketiga yaitu orang-orang munafik. Mereka adalah orang yang menampakkan keimanan secara lahir namun dalam hatinya menyimpan kekufuran. Mereka itu lebih buruk dibandingkan orang kafir yang sudah tenggelam dalam kekufurannya. 
      Pelajaran dari ayat : Peringatan agar tidak melakukan kedustaan, kemunafikan, dan tipu daya
    Mereka adalah jenis manusia yang munafik, hal ini sebagaimana yang Allah sebutkan dalam awal surat al-Munafiqun: 
إِذَا جَآءَكَ ٱلْمُنَٰفِقُونَ قَالُوا۟ نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِ
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah rasul Allah.” (al-Munafiqun: 1) 
Dan Allah berfirman pula: 
إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمْ 
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. (an- Nisa: 142) 
    Dalam ayat-ayat tersebut Allah memperingatkan kita dari tipu daya mereka. Sebab mereka berucap "kami beriman kepada Allah dan hari akhir", namun keimanan mereka hanya di mulut saja tanpa merasuk ke dalam hati mereka.                  Mereka adalah orang-orang pendusta, bukan orang-orang yang beriman. Dan kedustaan mereka ini untuk menipu Allah dan orang-orang beriman dengan menyembunyikan kekafiran dan menunjukkan keimanan mereka, padahal mudharat perbuatan tersebut hanya kembali kepada mereka, dan mereka tidak merasakan hal itu karena besarnya kebodohan mereka.
Sedangkan menurut An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi 
      Pada ayat 8 sampai 9 tersebut, ketahuilah bahwasanya kemunafikan itu adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan, termasuk dalam definisi ini kemunafikan I’tiqad dan kemunafikan amaliah. 
   Adapun nifaq Amali seperti yang Nabi sebutkan dalam sabdanya : 
"tanda kemunafikan itu ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji dia ingkari dan jika dimanahi dia berkhianat". 
    Dalam riwayat yang lain "jika bertengkar dia berlebihan:. Adapun kemunafikan I’tiqadiah yang mengeluarkan seseorang dari islam yaitu yang Allah ta’ala sebutkan sebagai sifat-sifat kaum munafikin dalam surat ini dan surat lainnya. 
   Kemunafikan ini belumlah muncul sebelum hijrahnya Nabi sholallohu 'alaihi wasallam dari Makkah menuju Madinah bahkan juga setelah hijrah hingga setelah kejadian perang Badar, dan Allah memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin dan memuliakan mereka, dan menghinakan orang-orang yang ada di Madinah dari mereka yang belum masuk islam, lalu sebagian mereka menampakkan keislaman mereka Karena takut dan sebagai tipu daya, juga untuk menjaga darah dan harta mereka., iman mereka ini bersama kaum Muslimin secara lahiriyah, mereka menampakkan bahwa mereka adalah bagian kaum Muslimin, padahal mereka pada hakikatnya bukanlah dari kaum Muslimin. 
    Maka sebagai tindakan kelembutan Allah bagi kaum Mukminin adalah bahwa Allah memperlihatkan kondisi-kondisi mereka, dan menggambarka mereka dengan sifat-sifat yang membedakan jati diri mereka, agar kaum Mukminin tidak terperdaya oleh mereka, dan mampu mengendalikan kejahatan mereka. 
Allah berfirman : 
يَحْذَرُ ٱلْمُنَٰفِقُونَ أَن تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُم 
بِمَا فِى قُلُوبِهِمْ ۚ قُلِ ٱسْتَهْزِءُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ مُخْرِجٌ مَّا تَحْذَرُونَ
" Orang-orang munafik takut akan turun terkait kelakuan mereka suatu surat yang menerangkan apa yang mereka sembunyikan di dalam hati-hati mereka berupa kekafiran. " (QS. At-Taubah : 64) 
      Lalu Allah menyifati mereka dengan sifat dasar kemunafikan seraya berfirman “ diantara manusia ada yang mengatakan, ’kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, ’padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman, ” karena mereka mengatakan dengan lisan mereka apa yang tidak ada dalam hati mereka, lalu Allah mendustakan mereka dengan berfirman, “padahal mereka itu sesungguhhnya bukan orang-orang yang beriman, ” karena keimanan yang hakiki itu adalah sesuatu yang disepakati oleh hati dan lisan. 
    Sesungguhnya hal yang tadi itu adalah tipu daya terhadap Allah dan hamba-hambaNya yang beriman. Dan tipu daya itu adalah bahwa si pelaku menampakkan sesuatu kepada yang diperdayai dan dia menyembunyikan hal yang berbeda dengannya demi memperoleh yang diinginkannya dari orang yang diperdayai tersebut. Dan inilah yang dilakukan orang-orang munafik terhadap Allah dan hamba-hambaNya, sehingga tipudaya mereka tersebut kembali kepada diri mereka sendiri. 
    Ini adalah suatu perkara yang mengherankan sekali, karena biasanya seorang pelaku tipu daya itu kondisinya bisa jadi akan memperoleh apa yang menjadi tujuannya atau dia selamat yang mana dia tidak mendapatkan apa-apa dan tidak rugi apa-apa juga, namun lain halnya tipu daya orang-orang munafik ini, ia malah kembali kepada diri mereka sendiri. 
  Oleh Karena itu, seolah-olah mereka itu melakukan suatu makar untuk menghancurkan diri mereka sendiri, membahayakan dan menipu diri mereka, karena Allah tidaklah tersentuh oleh mudarat sedikitpun dari tipu daya mereka, demikian juga hamba-hambaNya yang beriman. 
      Maka tindakan kaum munafik menampakkan keimanan mereka tidak membawa dampak bagi kaum Muslimin, hingga selamatlah dengan hal itu harta-harta mereka, dan terjaga darah-darah mereka, dan tipu daya mereka kembali kepada leher-leher mereka, hingga dengan demikian mereka mendapatkan kehinaan dan cela di dunia, serta kemalangan yang terus menerus disebabkan oleh apa yang diperoleh kaum Mukminin berupa kekuatan dan kemenangan, 
    kemudian pada hari Akhir nanti mereka mendapatkan azab yang pedih lagi menyakitkan dan menyerikan disebabkan oleh pendustaan, kekufuran dan kejahatan mereka dan keadaanya saat ini adalah bahwa mereka dengan kebodohan dan kedunguan yang ada pada mereka, mereka tidak menyadari hal tersebut.










Rabu, 03 Juni 2020

"Materi Da'wah & Kajian Tafsir Quran" Surat Al-Baqarah Ayat 7

"Kajian Tafsir Qur'an Surat Al-Baqarah Ayat 7"
Quran Surat Al-Baqarah Ayat 7 
خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ 
وَعَلَىٰٓ أَبْصَٰرِهِمْ غِشَٰوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ 
Arab-Latin : Khatamallāhu 'alā qulụbihim wa 'alā sam'ihim, wa 'alā abṣārihim gisyāwatuw wa lahum 'ażābun 'aẓīm 
Terjemah Arti : Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. 
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 7 
     7. Karena Allah telah menyegel dan menutup hati mereka beserta kebatilan yang ada di dalamnya. Allah juga menutup telinga mereka sehingga tidak bisa mendengarkan kebenaran untuk diterima dan diikuti. 
       Allah juga menutup mata mereka sehingga tidak bisa melihat kebenaran yang sangat jelas di hadapan mereka. Kelak di akhirat mereka akan mendapatkan azab yang sangat berat.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 7
خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ Yakni mereka adalah orang-orang yang tidak memahami makna hidayah dan tidak mau mendengarkan apa yang bermanfaat bagi mereka yang disebabkan kebencian mereka terhadap kebenaran dan terhadap orang yang membawa kebenaran.
وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ Yakni penutup yang menghalangi menglihatan mereka untuk melihat kebenaran. Ibnu jarir berkata: sesungguhnya dosa-dosa itu jika dilakukan terus menerus maka akan menutup hati, sehingga tertutup jalannya dan kekufuran yang ada didalamnya tidak bisa keluar.
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H Makna kata : 
خَتَمَ ٱللَّهُ maknanya mengunci mati, karena al-Khotaam dan ath-Thoba’ memiliki arti yang sama yaitu melakukan stempel pada amplop sehingga tidak diketahui isinya, dan tidak bisa dibuka sehingga dapat diganti atau dirubah.
غِشَٰوَةٞۖ Al-Ghisyaawah artinya adalah penutup yang membuat sesuatu menjadi tertutupi sehingga tidak ada sesuatu pun yang dapat menyentuhnya. 
     Makna ayat : Hal itu karena sudah berlaku ketetapan Allah untuk mereka dengan dikunci mati hatinya sampai tidak bisa berfikir, pada telinganya sehingga tidak mendengar, dan dijadikan penutup pada matanya sampai-sampai tidak bisa melihat. Itulah hasil dari kesombongan, penolakan, dan konsistensi mereka dalam kekufuran. 
        Oleh karena itu mereka berhak mendapatkan adzab yang pedih. Inilah hukum Allah bagi orang-orang yang menentang, sombong, lagi konsisten dalam kekufurannya di setiap waktu dan tempat. 
        Pelajaran dari ayat : 2. Peringatan agar tidak terus menerus dalam kekufuran, kedzaliman, dan berbuat kerusakan di muka bumi agar tidak mendapat adzab yang pedih.
Sedangkan An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi 
        Pada ayat 7 ini. “Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, ” yakni menutupnya dengan penutup yang tidak dapat dimasuki oleh keimanan dan tidak bisa ditembus, sehingga mereka tidak memahami apa yang berguna bagi mereka dan apa-apa yang mereka dengarkan tidak bermanfaat untuk mereka, ”dan penglihatan mereka ditutup, ” yakni pelapis, penutup, dan penghalang yang menghalangi mereka dari melihat yang berguna bagi mereka, dan jalan-jalan ilmu dan kebaikan telah ditutup bagi mereka, tidak ada keinginan pada mereka dan tidak ada kebaikan yang diharapkan pada mereka. 
        Mereka telah dihalangi dan ditutup dari pintu-pintu keimanan, disebabkan oleh kekufuran dan pengingkaran mereka serta keras kepala mereka setelah jelas bagi mereka kebenaran itu. 
     Sebagaimana firman Allah :
وَنُقَلِّبُ أَفْـِٔدَتَهُمْ وَأَبْصَٰرَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا۟ بِهِۦٓ
 أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِى طُغْيَٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ
"Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat" 
(QS. Al-'An'am : 110) 
    Dan ini hanyalah hukuman yang sekarang, kemudian Allah menyebutkan hukuman yang akan datang seraya berfirman, ”dan bagi mereka siksa yang amat pedih” yakni azab api neraka, kemurkaan yang Mahaperkasa yang terus menerus dan selamanya.